Sunday, April 21, 2013

Cerita Tiada Arti


Pagi, itu aku terbangun...
Sinar sang surya mengintip dan menembus dari balik jendela kamarku. Silau.  Aku masih ingin tertidur... bersamamu di mimpi indahku. Kucoba pejamkan mata barangkali 1 menit saja. Gagal. Tak bisa ku lanjutkan mimpiku...
Kuberanjak dari tempat tidurku, menyingkap selimut tebal yang nyaman itu...
Kuambil air wudhu, ku bersimpuh, mencurahkan isi hatiku pada Sang Khalik.
“Allah, Apa aku sekecil itu? Hingga dia tak bisa melihatku. Allah, apa yang terjadi padaku? Kenapa hati ini selalu bergejolak saat aku berada dekat makhluk-Mu itu. Allah, apa aku sedang jatuh cinta? Jika memang aku jatuh cinta, tetepkan hatiku berkiblat pada-Mu. Jangan biarkan cinta ini melebihi cintaku pada-Mu.”
Selalu itu yang ku lakukan, tiada tempat mencurahkan hati yang paling kusukai, melainkan mengadu pada-Nya.
Jauh...
Kita terpisah jarak. Dulu kita dekat, sekarang....???
Kau makhluk tuhan yang tercipta yang paling indah. Matamu, senyummu, dan keimananmu... itu yang ku suka. Walau terkadang kau seperti acuh pada mereka, tapi hati kecilmu beda dari anggapan mereka.
Dulu aku membencimu. Berawal dari sikap cuekmu yang terlalu menantang. Bahkan mereka menganggapmu “dingin”. Tapi... tetap saja mereka menyukaimu...
Waktu kian berjalan maju, tak pernah juga sekalipun kudapati waktu berjalan mundur. Kau masih saja cuek.... tak pernah mau peduli. Tapi, hatimu mulai berkata lain, “Dia indah, dia sempurna dengan kecuekannya.”
Tersenyum malu dibuatnya...
Hingga suatu hari, aku mulai berani memimpikanmu. Menatapmu dari kejauhan, walau tak pernah sekalipun aku berani menatap matamu.... tak pernah...
Aku berani bermimpi bersama mu, ada didekatmu...
Tak pernah berani aku menceritakannya pada teman-temanku, pada sahabatku. Kuceritakan semua tentang rasa gila nan abstrak ini pada Sang Khalik lagi. Aku malu ....
Lama... lama... dan semakin lama...
Kurasa aku terlalu pemberani untuk memimpikamu. Tak pernah aku mengungkapkannya. Karna aku berharap kau yang begitu. Tapi... sekian lama tak pernah ada kata itu. AKU MUNDUR.
Hingga kubaca suatu buku yang menjanjikan akan membantukan menghapus namamu. Kubaca lembar demi lembar di sudut perpustakaan sekolahku.
Aku tak ingin semua orang tahu apa yang ku baca....
Tapi...
GAGAL...
Kau tak bisa hilang dari benakku walau 1 menit saja. Kuadukan semua ini lagi pada-Nya...
Suatu hari, kau datang padaku dan memintaku untuk berkumpul di lantai atas bersama. Semua terdiam, semua serius, hanya aku saja yang cemas.
Di tengah acara, temanku menggoda kami. Aku terkejut. Kenapa dia tahu... semua memandang ku, memandang mu ... kau tersenyum, aku??? CEMAS lagi....
Ku berharap ada sinyal positif, tapi...... NOL....
Kau menghilang begitu saja....
Kami terpisah jarak....
Berharap suatu hari kita bertemu....
Pernah kita bertemu, berjembatankan naskah SOAL....
Saat itu juga, kau tersenyum... hingga kau berbalik, aku masih memandangmu dari balik kaca pintu... kau tersenyum lagi... disaat itu, seakan dunia indah untuk sementara....
Terimakasih sudah kau ajarkan arti kesabaran untuk menunggu hal berharga.... KAU.....

No comments:

Post a Comment