Pagi, itu aku terbangun...
Sinar sang surya mengintip dan
menembus dari balik jendela kamarku. Silau.
Aku masih ingin tertidur... bersamamu di mimpi indahku. Kucoba pejamkan
mata barangkali 1 menit saja. Gagal. Tak bisa ku lanjutkan mimpiku...
Kuberanjak dari tempat tidurku,
menyingkap selimut tebal yang nyaman itu...
Kuambil air wudhu, ku bersimpuh,
mencurahkan isi hatiku pada Sang Khalik.
“Allah, Apa aku sekecil itu? Hingga
dia tak bisa melihatku. Allah, apa yang terjadi padaku? Kenapa hati ini selalu
bergejolak saat aku berada dekat makhluk-Mu itu. Allah, apa aku sedang jatuh
cinta? Jika memang aku jatuh cinta, tetepkan hatiku berkiblat pada-Mu. Jangan biarkan
cinta ini melebihi cintaku pada-Mu.”
Selalu itu yang ku lakukan, tiada
tempat mencurahkan hati yang paling kusukai, melainkan mengadu pada-Nya.
Jauh...
Kita terpisah jarak. Dulu kita
dekat, sekarang....???
Kau makhluk tuhan yang tercipta
yang paling indah. Matamu, senyummu, dan keimananmu... itu yang ku suka. Walau terkadang
kau seperti acuh pada mereka, tapi hati kecilmu beda dari anggapan mereka.
Dulu aku membencimu. Berawal dari
sikap cuekmu yang terlalu menantang. Bahkan mereka menganggapmu “dingin”. Tapi...
tetap saja mereka menyukaimu...
Waktu kian berjalan maju, tak
pernah juga sekalipun kudapati waktu berjalan mundur. Kau masih saja cuek....
tak pernah mau peduli. Tapi, hatimu mulai berkata lain, “Dia indah, dia
sempurna dengan kecuekannya.”
Tersenyum malu dibuatnya...
Hingga suatu hari, aku mulai berani
memimpikanmu. Menatapmu dari kejauhan, walau tak pernah sekalipun aku berani
menatap matamu.... tak pernah...
Aku berani bermimpi bersama mu, ada
didekatmu...
Tak pernah berani aku
menceritakannya pada teman-temanku, pada sahabatku. Kuceritakan semua tentang
rasa gila nan abstrak ini pada Sang Khalik lagi. Aku malu ....
Lama... lama... dan semakin lama...
Kurasa aku terlalu pemberani untuk
memimpikamu. Tak pernah aku mengungkapkannya. Karna aku berharap kau yang
begitu. Tapi... sekian lama tak pernah ada kata itu. AKU MUNDUR.
Hingga kubaca suatu buku yang
menjanjikan akan membantukan menghapus namamu. Kubaca lembar demi lembar di
sudut perpustakaan sekolahku.
Aku tak ingin semua orang tahu apa
yang ku baca....
Tapi...
GAGAL...
Kau tak bisa hilang dari benakku
walau 1 menit saja. Kuadukan semua ini lagi pada-Nya...
Suatu hari, kau datang padaku dan
memintaku untuk berkumpul di lantai atas bersama. Semua terdiam, semua serius,
hanya aku saja yang cemas.
Di tengah acara, temanku menggoda kami.
Aku terkejut. Kenapa dia tahu... semua memandang ku, memandang mu ... kau
tersenyum, aku??? CEMAS lagi....
Ku berharap ada sinyal positif,
tapi...... NOL....
Kau menghilang begitu saja....
Kami terpisah jarak....
Berharap suatu hari kita bertemu....
Pernah kita bertemu, berjembatankan
naskah SOAL....
Saat itu juga, kau tersenyum...
hingga kau berbalik, aku masih memandangmu dari balik kaca pintu... kau
tersenyum lagi... disaat itu, seakan dunia indah untuk sementara....
Terimakasih sudah kau ajarkan arti
kesabaran untuk menunggu hal berharga.... KAU.....
No comments:
Post a Comment