Cinta
dan Sahabat
Persahabatan
itu ada karena adanya rasa saling percaya dan nyaman. Rusaknya suatu
persahabatan bukan hanya karena perselisihan, tapi juga karena cinta….
Lagi-lagi
stasiun radio itu memutar lagu Rumor- Butiran debu. Setiap aku mendengarnya,
miris dan perih rasanya. Kenalkan namaku Shasa. Aku bersekolah salah satu SMA
dikotaku. Baru setahun yang lalu aku pindah kekota itu. Kota yang paling
membuatku terkesan dan banyak kenangan disana.
Aku
memiliki 2 orang sahabat. Mereka adalah Rosa dan Evan. Mereka adalah
orang-orang yang pertama kali kukenal setelah kepindahanku ke sekolah itu.
Awalnya aku sama sekali tak mengenal Evan, Rosa mengenalkannya padaku.
“Sha,
ini Evan. Evan ini Shasa, anak baru disekolah kita.” Perkenalan singkat dari
Rosa. Evan melambaikan tangannya. Aku menyambut.
“Shasa”
“Evan.
Sekelas sama kita?”
“Iya.”
“Makanya
jangan tidur mulu dikelas, sampai ada murid baru aja kamu nggak tahu.” Celetuk
Rosa.
Evan
memang hobby tidur dikelas. Apalagi
pelajaran Pak Hadi, SEJARAH. Tapi jika sudah pelajaran Fisika, matanya enggan
terpejam. Evan memang jago fisika. Pernah dia megikuti olimpiade fisika, tapi
hanya bisa menyabet gelar juara runner up, alias juara dua.
Tettt…..tettt….
bel berbunyi. Pertama jam pelajaran akan dimulai kembali. Kamipun bergegas
menuju kelas. Kelas kami memang terletak terpisah dengan kompleks anak kelas 11
lainnya. Kelas kami terletak di perbatasan kompleks, sehingga kami lebih sering
bermain dengan kakak kelas kami.
“Sha…
Ada acara nggak hari ini? Hang out yuk…” ajak Rosa
“Yah,
aku nggak bisa. Mesti beres-beres barang, kan baru pindahan.” Jawabku singkat.
“Kalau
gitu, kita kerumah Shasa aja. Bantu beres-beres barang gitu.” Evan berusul.
“Ng..nggak
usah. Makasih. “
“Ach…
sepertinya seru juga. Yaudah kita kerumahmu aja ya. Ayo…!” Rosa menarik
tanganku menuju keparkiran. Kami memang memilih naik sepeda. Kompleks rumah
kami tak jauh dari sekolah, hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai
kesekolahan. Aku dan Rosa memang tinggal di kompleks yang sama. Bahkan rumah
kami berhadapan. Sedangkan Evan tinggal dikompleks sebelah.
Semakin
hari, persahabatan kami semakin erat. Rasa saling mengerti dan solidaritas
terjain kuat. Aku merasa tidak sendirian dikota baruku itu. Kami sering hang
out bersama. Bersepeda mengelilingi kota dan pernah kami tersesat disuatu desa
yang merekapun tak tahu desa mana.
Alhasil
kita memberanikan diri ketemu pak RTnya. Alhamdulillah, kita diantar sampai
rumah. Pengalaman tak terlupakan. Saat itu aku sampat menangis. Aku takut kalau
tak bisa menemukan jalan pulang, begitupun Rosa. Tapi Evan memcoba menenangkan
kami. Hal itu yang aku bangga dari seorang Evan.
“Rosa,
tunggu dong. Capek nih.. istirahat dulu aja napa. Tuh ada yang jualan es degan,
Ros.” Pinta Evan.
“ Nanti
aja napa”
“Bener
Evan, Ros. Kita istirahat dulu aja. Aku haus.” Pintaku sedikit memelas.
“Ya
sudahlah. Kita istirahat. Evan kamu pesen gih. Aku pesenin ehm… Lotek, Es degan
gula pasir, terus bakwan jagung sama jangan lupa loteknya yang pedes ya…” Rosa
menerocos.
“Gila,
kamu doyan apa laper?”
“Evan
buruan!!!!”
“Shasa,
kamu mau apa?”
“Ehm…
sama deh kayak Rosa, tapi es degannya yang gula merah ya.”
“Ckckckckck…
nih pada doyan apa laper sih”
“LAPERRRRR!!”
Aku dan Rosa menjawab dengan kompak.
Setelah
puas melahap pesanan kami, kami melanjutkan pejalanan menuju ke persawahan yang
sangat luas dan indah. Kami bisa menikmati indahnya matahari yang mulai
mengumpet dibalik pegunungan seribu itu.
INDAHHHHHHHHHH…..
“Evan,
aku… aku pengen ngomong tentang hubungan kita.” Kata Rosa.
“Ada
apa?”
“Aku
mau kita balikan lagi kayak dulu. Bisa?”.
Kali
ini kata-kata ini seakan membuatku terhunus ribuan panah. Ada yang tak aku
ketahui. Selama ini ternyata mereka adalah mantan kekasih. Aku tak bisa terima
semua itu. Jujur saja akhir-akhir ini aku memendam perasaan suka dan bangga
pada Evan. Pribadinya yang cuek tapi respect, religius, dan kocak itu telah
meluluh lantahkan hatiku.
“Evan…
“
“I do.”
Jawab Evan. Hatiku hancur berkeping-keping. Kucoba tahan air mata ini. Jadi
selama ini, cowok yang diceritakan Rosa adalah Evan.
Kutulis
semua yang kualami hari ini di buku diaryku. Aku memang kecewa dengan semua
ini. Evan….
Sebulan
aku tak pernah hang out dan berangkat bareng mereka. Berkali-kali Rosa dan Evan
menanyaiku mengapa aku menjauh dari mereka. Aku hanya beralasan, akhr ini aku
sibuk. Jawaban yang menurutku itu logis.
“ Rosa,
Evan… Aku… ehmm.. aku mau ngomong sama kalian.” Aku memang sengaja menemui
mereka yang sedang berdua digazebo kantin.
“
Shasa, sini gabung kita.” Kata Evan. Kuatkan aku.. padahal aku sudah mengharap
agar evan tak mengatakan hal itu. Terlalu sakit untuk didengar.
“
Nggak… Aku akan pindah sekolah.” Air mata ku menetes. Mereka berdua tertegun
dan seolah tak percaya. Rosa menyentuh tanganku. Ia meneteskan air mata.
“Please,
sweep your pain. I can’t see you like that.”
“ are
you kidding, Sha?”
“I’m
serious. So, please… don’t give me your pain. Bye “
Sejak
saat itu aku memang pindah kesekolah lain, sesuai sekolah yang telah dipilihkan
kakakku. Saat itu pula aku tak menghubungi mereka. Aku tinggal bersama kakakku.
Kubiarkan semua terjadi begitu saja. Kulepaskan dan kurelakan Evan bagi
sahabatku…
Setahun
kemudian, kami lulus. Aku melanjutkan study ku ke Melbourne. Aku mendapat
scholarship disana. Kudengar Rosa melanjutkan study nya di Jepang, Rosa memang
pecinta jepang sejati. Dan Evan melanjutkan study nya ke Perth seperti aku yang
mendapatkan beasiswa.
Jarak
antara Perth dan Melbourne yang lumayan dekat itu membuat kami menjadi dekat
lagi. Evan memang sudah putus dengan Rosa, seminggu setelah aku pindah dari
sekolah itu. Entah apa yang membuat mereka seperti itu. Padahal yang aku tahu
mereka baik-baik saja.
“
Sha... kamu tahu kenapa kami putus?”
“Nggak”
“Karena
aku pilih persahabatan kita. Kita bertiga. Tapi mungkin aku terlambat semenit
untuk mengatakannya pada Rosa. “
“Hmm…
persahabatan ada cinta itu bisa jalan kok. Tegantung juga sih.. haha” ku
tengguk kopi panas yang tadi kami beli.
“Iya
juga sih. Haha. oh ya, kapan-kapan aku kenal kan kamu sama my girlfriend. “
Apa??????
Tega
nian………!!!!!!!!!
Sudah
kusudahi menunggu cinta yang semua. Sejak saat itu persahabtan kita terjalin
lewat jejaring social. Rasa cinta yang dulu ada , telah sirna, sejalan rasa
kecewa ku pada Evan. Begitupun Rosa.
Walaupun kami kecewa pada Evan, tapi dia adalah sahabat kami. Kami tetap akan
bersama…..
No comments:
Post a Comment