Friday, July 13, 2012

Cerpenku...


Cinta dan Sahabat
Persahabatan itu ada karena adanya rasa saling percaya dan nyaman. Rusaknya suatu persahabatan bukan hanya karena perselisihan, tapi juga karena cinta….
Lagi-lagi stasiun radio itu memutar lagu Rumor- Butiran debu. Setiap aku mendengarnya, miris dan perih rasanya. Kenalkan namaku Shasa. Aku bersekolah salah satu SMA dikotaku. Baru setahun yang lalu aku pindah kekota itu. Kota yang paling membuatku terkesan dan banyak kenangan disana.
Aku memiliki 2 orang sahabat. Mereka adalah Rosa dan Evan. Mereka adalah orang-orang yang pertama kali kukenal setelah kepindahanku ke sekolah itu. Awalnya aku sama sekali tak mengenal Evan, Rosa mengenalkannya padaku.
“Sha, ini Evan. Evan ini Shasa, anak baru disekolah kita.” Perkenalan singkat dari Rosa. Evan melambaikan tangannya. Aku menyambut.
“Shasa”
“Evan. Sekelas sama kita?”
“Iya.”
“Makanya jangan tidur mulu dikelas, sampai ada murid baru aja kamu nggak tahu.” Celetuk Rosa.
Evan memang hobby tidur dikelas.  Apalagi pelajaran Pak Hadi, SEJARAH. Tapi jika sudah pelajaran Fisika, matanya enggan terpejam. Evan memang jago fisika. Pernah dia megikuti olimpiade fisika, tapi hanya bisa menyabet gelar juara runner up, alias juara dua.
Tettt…..tettt…. bel berbunyi. Pertama jam pelajaran akan dimulai kembali. Kamipun bergegas menuju kelas. Kelas kami memang terletak terpisah dengan kompleks anak kelas 11 lainnya. Kelas kami terletak di perbatasan kompleks, sehingga kami lebih sering bermain dengan kakak kelas kami.
“Sha… Ada acara nggak hari ini? Hang out yuk…” ajak Rosa
“Yah, aku nggak bisa. Mesti beres-beres barang, kan baru pindahan.” Jawabku singkat.
“Kalau gitu, kita kerumah Shasa aja. Bantu beres-beres barang gitu.” Evan berusul.
“Ng..nggak usah. Makasih. “
“Ach… sepertinya seru juga. Yaudah kita kerumahmu aja ya. Ayo…!” Rosa menarik tanganku menuju keparkiran. Kami memang memilih naik sepeda. Kompleks rumah kami tak jauh dari sekolah, hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai kesekolahan. Aku dan Rosa memang tinggal di kompleks yang sama. Bahkan rumah kami berhadapan. Sedangkan Evan tinggal dikompleks sebelah.
Semakin hari, persahabatan kami semakin erat. Rasa saling mengerti dan solidaritas terjain kuat. Aku merasa tidak sendirian dikota baruku itu. Kami sering hang out bersama. Bersepeda mengelilingi kota dan pernah kami tersesat disuatu desa yang merekapun tak tahu desa mana.
Alhasil kita memberanikan diri ketemu pak RTnya. Alhamdulillah, kita diantar sampai rumah. Pengalaman tak terlupakan. Saat itu aku sampat menangis. Aku takut kalau tak bisa menemukan jalan pulang, begitupun Rosa. Tapi Evan memcoba menenangkan kami. Hal itu yang aku bangga dari seorang Evan.
“Rosa, tunggu dong. Capek nih.. istirahat dulu aja napa. Tuh ada yang jualan es degan, Ros.” Pinta Evan.
“ Nanti aja napa”
“Bener Evan, Ros. Kita istirahat dulu aja. Aku haus.” Pintaku sedikit memelas.
“Ya sudahlah. Kita istirahat. Evan kamu pesen gih. Aku pesenin ehm… Lotek, Es degan gula pasir, terus bakwan jagung sama jangan lupa loteknya yang pedes ya…” Rosa menerocos.
“Gila, kamu doyan apa laper?”
“Evan buruan!!!!”
“Shasa, kamu mau apa?”
“Ehm… sama deh kayak Rosa, tapi es degannya yang gula merah ya.”
“Ckckckckck… nih pada doyan apa laper sih”
“LAPERRRRR!!” Aku dan Rosa menjawab dengan kompak.
Setelah puas melahap pesanan kami, kami melanjutkan pejalanan menuju ke persawahan yang sangat luas dan indah. Kami bisa menikmati indahnya matahari yang mulai mengumpet dibalik pegunungan seribu itu.
INDAHHHHHHHHHH…..
“Evan, aku… aku pengen ngomong tentang hubungan kita.” Kata Rosa.
“Ada apa?”
“Aku mau kita balikan lagi kayak dulu. Bisa?”.
Kali ini kata-kata ini seakan membuatku terhunus ribuan panah. Ada yang tak aku ketahui. Selama ini ternyata mereka adalah mantan kekasih. Aku tak bisa terima semua itu. Jujur saja akhir-akhir ini aku memendam perasaan suka dan bangga pada Evan. Pribadinya yang cuek tapi respect, religius, dan kocak itu telah meluluh lantahkan hatiku.
“Evan… “
“I do.” Jawab Evan. Hatiku hancur berkeping-keping. Kucoba tahan air mata ini. Jadi selama ini, cowok yang diceritakan Rosa adalah Evan.
Kutulis semua yang kualami hari ini di buku diaryku. Aku memang kecewa dengan semua ini. Evan….
Sebulan aku tak pernah hang out dan berangkat bareng mereka. Berkali-kali Rosa dan Evan menanyaiku mengapa aku menjauh dari mereka. Aku hanya beralasan, akhr ini aku sibuk. Jawaban yang menurutku itu logis.
“ Rosa, Evan… Aku… ehmm.. aku mau ngomong sama kalian.” Aku memang sengaja menemui mereka yang sedang berdua digazebo kantin.
“ Shasa, sini gabung kita.” Kata Evan. Kuatkan aku.. padahal aku sudah mengharap agar evan tak mengatakan hal itu. Terlalu sakit untuk didengar.
“ Nggak… Aku akan pindah sekolah.” Air mata ku menetes. Mereka berdua tertegun dan seolah tak percaya. Rosa menyentuh tanganku. Ia meneteskan air mata.
“Please, sweep your pain. I can’t see you like that.”
“ are you kidding, Sha?”
“I’m serious. So, please… don’t give me your pain. Bye “
Sejak saat itu aku memang pindah kesekolah lain, sesuai sekolah yang telah dipilihkan kakakku. Saat itu pula aku tak menghubungi mereka. Aku tinggal bersama kakakku. Kubiarkan semua terjadi begitu saja. Kulepaskan dan kurelakan Evan bagi sahabatku…
Setahun kemudian, kami lulus. Aku melanjutkan study ku ke Melbourne. Aku mendapat scholarship disana. Kudengar Rosa melanjutkan study nya di Jepang, Rosa memang pecinta jepang sejati. Dan Evan melanjutkan study nya ke Perth seperti aku yang mendapatkan beasiswa.
Jarak antara Perth dan Melbourne yang lumayan dekat itu membuat kami menjadi dekat lagi. Evan memang sudah putus dengan Rosa, seminggu setelah aku pindah dari sekolah itu. Entah apa yang membuat mereka seperti itu. Padahal yang aku tahu mereka baik-baik saja.
“ Sha... kamu tahu kenapa kami putus?”
“Nggak”
“Karena aku pilih persahabatan kita. Kita bertiga. Tapi mungkin aku terlambat semenit untuk mengatakannya pada Rosa. “
“Hmm… persahabatan ada cinta itu bisa jalan kok. Tegantung juga sih.. haha” ku tengguk kopi panas yang tadi kami beli.
“Iya juga sih. Haha. oh ya, kapan-kapan aku kenal kan kamu sama my girlfriend. “
Apa??????
Tega nian………!!!!!!!!!
Sudah kusudahi menunggu cinta yang semua. Sejak saat itu persahabtan kita terjalin lewat jejaring social. Rasa cinta yang dulu ada , telah sirna, sejalan rasa kecewa  ku pada Evan. Begitupun Rosa. Walaupun kami kecewa pada Evan, tapi dia adalah sahabat kami. Kami tetap akan bersama…..

No comments:

Post a Comment