Mau
Dibawa Kemana Persahabatan Kita???
Rimbunnya
dedaunan di depan sekolah dasar itu, membuatku teringat kenangan masa lalu.
Saat–saat dimana wajah-wajah yang masih polos dan lucu saling bercanda ria
dipohon itu. Teringat saat aku yang belum mengenal arti cinta itu, tiba-tiba
digoda oleh teman-temanku. Hanya rasa takut dan malu yang kutahu saat itu,
sehingga akupun hanya bisa menangis.
Waktu
itu, banyak cerita dan jejak yang kuingat. Walau sedikit remang-remang dan
kabur. Dia. Masihkah dia seperti dulu?. Masihkah dia menjadi seorang anak kecil
ingusan yang prestasinya bisa dibilang bagus. Tapi mungkin semua sudah berubah.
Perlahan demi perlahan tapi pasti.
Angin
berhembus menerbangkan ujung jilbab ungu mudaku. “ I miss it. The moment when I
saw the little boy here.” Senyuman simpul yang berhasil kukembangkan,
menghasilkan mata yang berkaca-kaca.
Beberapa
minggu lagi, pohon itu akan segera ditumbangkan diganti dengan sebuah bangunan.
Sangat disayangkan.
Teringat
lagi, setahun yang lalu, saat kita bertemu. Walau hanya bertegur sapa. Kau
berbeda the little boy, look! You’re so different!. Kau tersenyum aku pun
tersenyum, semua juga tersenyum.
Masa
kanak-kanak pun berevolusi menjadi masa yang tak terlupakan. Dimana aku mulai
bertindak aneh, dan semakin aneh. Tertawa sendiri itu hal biasa. Menangis??
Biasa juga. Ya… CINTA yang membuatku begitu.
Walau
belum mengetahui sepenuhnya apa itu cinta, aku memberanikan diri untuk sedikit
mengetahui apa itu cinta. Kutanya pada temanku, mereka kehabisan kata-kata. Ada
beberapa temanku yang memang mereka menganggap cinta itu adalah fitrah. Dan aku
merasa jawaban itu lumayan masuk akal.
“Cinta
itu nggak harus diungkapkan. Cinta juga tak harus memiliki orang yang kita
cintai. Cinta itu fitrah. Dalam Islam pacaran itu dosa. Salah besar kalau orang
mengartikan bahwa pacaran adalah ungkapan dari cinta itu sendiri.” Kata-kata
itu terangkum dari sahabat-sahabatku di masa putih biruku.
Hal
biasakah jika masa-masa itu kita mulai mengenalnya?
Disamping
cinta, fikiranku tak lepas oleh sosok sahabat-sahabat yang ada disekelilingku.
Ada disetiap aku membutuhkan mereka. Saat aku senang dan susah. Mantan pacar
pastinya ada, tapi mantan sahabat bagiku tak ada. Sekalipun kita pernah
berselisih tapi mereka adalah sahabatku.
Selepas
masa putih biru, kini beralih ke masa putih abu-abu. Aku memutuskan untuk
melanjutkan kesekolah yang berstatus “Negeri”. Aku memilih salah satu sekolah
favorite di kabupatenku. Sehingga harus kurelakan berpisah dengan
sahabat-sahabatku. Tapi aku berjanji pada diri sendiri, sayangku pada mereka
tak akan pernah terpengaruh oleh jarak yang membentang diantara kami.
“Ya
Alloh, Aku menyayangi mereka karena-Mu. Jangan jadikan kami hambamu yang penuh
dengki. Jagalah dan naungilah persahabatan kami dengan cahya-Mu.”
Kupikir,
kami akan terus berkomunikasi setiap saat. Walau hanya via SMS , Telepon, dan
jejaring social. Tapi dugaanku meleset 180 derajat. Seminggu sekalipun, kami
tak bisa menyempatkan diri untuk saling bertukar kabar. Aku sadar aku juga
salah, terkadang aku lupa membalas sms mereka, dan terkadang aku sibuk dengan
urusanku sendiri.
Jadwal
untuk hang out pun, kita masih bingung. Beberapa minggu kemarin adalah jadwal
hang out kita. Tapi terpaksa aku membatalkannya. Maafkan aku teman…
“Aku
belum menemukan sahabat terbaik seperti kalian disekolah itu. Aku rindu kalian,
saat aku capek dengan sejuta tugas sejuta kegiatan, kalian selalu ada
dibelakangku. Mendorongku untuk tak menyerah. Membantu walau hanya sekedar
memberi semangat dan menungguku. AKU RINDU KALIAN….”
Jika
punya jam waktu… tapi semua mustahil adanya. Yang lalu biarlah berlalu. Kini
kalian tetaplah sahabat terbaikku.
Menetes
air mata ini saat suara klakson motor membuatku tersadar dari lamunanku. Segera
aku menghampiri kakak sepupuku yang sudah selesai mengisi bensin.
“Napa
kau nangis??” tanyanya sedikit panic
“Nggak,
Cuma ada debu aja” jawabku sekenanya.
Kami
melaju menyusuri jalan yang ramai. Tiba-tiba handphone ku bergetar. Ku buka
SMS, ada 2 SMS, satu dari Kiky sahabatku yang sebangku denganku 3 tahun dan yang
satu adalh sahabatku satunya lagi.
Kubalas
sms kiky dengan senyum-senyum karena tertawa lucu. Kulihat sms yang lain. Dari
The little boy yang kutemui di pohon itu. Aku teringat aku ingin membuka salah satu akun
miliknya. Dia menulis suatu kalimat yang membuatku merasa jealous. Mungkin
waktu itu, aku merasa diduakan.
Hingga
suatu hari aku menulis di akun ku tentang luapkan rasa kecewaku pada sahabatku
itu. Memang dia pernah bercerita tentang entah teman atau sahabat atau
kenalannya padaku. Aku menanggapinya dengan antusias. Kubiarkan sahabatku itu
bahagia dengan teman barunya itu.
Akhir-akhir
ini, dia sangat aneh. Mungkin aku sudah berkurang intensitasnya sebagai
sahabat. Kucoba ikhlas untuk tak marah padanya. Dia sedang merasakan jatuh
cinta. Tak mungkin aku merusaknya dengan keegoanku dengan alasan aku menjadi
sahabatnya lebih dulu dari teman barunya itu.
Now,
it’s fine. Aku tak akan mengganggu mu dengan teman baru mu itu. Silakan pilih
jalanmu dan jalan persahabatan yang
pernah terjalin ini. Jika itu memang mau mu. Tapi seperti kataku, tak ada
mantan sahabat. Bagiku kau masih sahabatku, sahabatku yang hilang, sahabatku
yang tak seperti dulu.
#semoga
semua indah pada waktunya…..#
I’ll be waiting for you
Here inside my heart
I’m the one who wants to love you more
Here inside my heart
I’m the one who wants to love you more
No comments:
Post a Comment